Share
kek apa seh C-String??
Ketika kathok cawet perempuan menganut Darwinisme yaitu percaya pada evolusi, saya sempat terpana dan terkagum-kagum pada saat evolusi mencapai perkembangan panty menjadi G-string. Entah apa kepanjangan huruf G di depan string itu, apakah genital atau nama benda yang ditutupi carik itu (meminjam istilah Andrea Hirata dalam Sang Pelangi) dalam Bahasa Jawa, yang jelas melihat aksi carik itu hanya menutupi huruf G membuat kolomenjing naik turun dan kerongkongan tercekat. Yang terakhir ini karena dalam keadaan kehausan disuruh menelan ludah terus-menerus akibat naik turunnya kolomenjing itu. Ada anak kantor yang disinyalir oleh para jomblo sebagai memakai tali-G itu. Memang sih, dilihat dari belakang penampakan anak yang sudah tidak lagi bekerja di kantor kami itu bagian bumpernya halus tanpa ada panty print. Orang Jawa bilang bokonge themowel, alias minta ditowel.
Itu ketika evolusi kathok cawet perempuan mencapai G-string. Tambah sinting saja ketika tahu kathok cawet itu ternyata sudah berevolusi lagi menjadi C-string atau C-kini. Bacanya sistring dan sikini. Tapi bukan cara membacanya yang menakjubkan. Terus-terang C-string yang disebut juga sebagai kathok cawet ora ketok alias invisible underwear itu secara sempurna hanya menutupi pubis tanpa ada tali lagi yang melintag di pinggul. Perempuan bagai tidak bercelana kalau memakai c-string itu di balik roknya. Saya menduga benda itu diberi nama C-string atau C-kini karena bentulnya yang seperti huruf C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar